Berbicara
mengenai Timur-Tengah akan membawa kita pada pemahaman tentang Dunia Arab,
Islam, Perang Salib, Politik Minyak, Gurun Pasir, atau Kawasan Jantung Dunia
yang mempertemukan tiga benua : Asia, Afrika, dan Eropa.
Sejarah
dan perkembangan kawasan ini sebenarnya tidak hanya identik dengan Dunia Arab
melainkan dibangun di atas tiga pondasi utama peradaban bangsa yang berlainan :
Arab, Persia dan Turki.
Dalam perjalanan sejarahnya semenjak munculnya Muhammad yang membawa ajaran Islam di pinggiran Laut Merah telah membawa perubahan besar dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Arab. Ajaran Muhammad ini kemudian disebarluaskan oleh bangsa Arab melalui proses diaspora perdagangan dan budaya hingga menjangkau sampai ke wilayah Mediterania, Anatolia, Sahara, hingga Persia dan Kaukasia dan juga Melayu. Ajaran Muhammad inipun diterima oleh bangsa-bangsa tetangga Arab dan mencapai masa keemasan pada Kekhalifahan Usmaniyah di Turki.
Sejak
runtuhnya Kekhalifahan Usmaniyah di Turki yang lebih akrab dikenal Turki Ottoman
dan munculnya nasionalisme bangsa-bangsa di Timur Tengah: Arab, Persia dan
Turki, Islam mengalami kemunduran hingga dalam perkembangannya mereka yang
dulunya menyatu dalam payung Islam, kini bergerak sendiri-sendiri apalagi
semenjak ditemukannya minyak bumi di beberapa wilayah di Timur-Tengah untuk tak
lagi mengurusi agama malahan semakin menjauh dan lebih mendekatkan diri pada
kehidupan duniawi dengan mengumpulkan dolar, hidup bermewah-mewahan dan lebih
menjalin hubungan dengan para korporatokrasi asing ketimbang memikirkan agama,
rakyat dan masa depan bangsanya dari ketinggalan peradaban Barat.
Kini,
kawasan Tumur-Tengah tak pernah luput dari masalah yang menyeret kawasan ini
sebagai kawasan yang paling rentan dan paling bergejolak di dunia. Selain itu,
Arab, Persia, dan Turki berjalan tak seiring lagi. Mereka berjalan sendiri-sendiri.
Persatuan Arab pun dipertanyakan terhadap upaya diplomasi kemerdekaan Palestina
yang berlarut-larut. Turki yang dilematis, ia senantiasa menjauhkan diri dari
Mekah dan lebih memilih menjadikan dirinya sebagai pribadi Eropa yang sebenarnya
beraga Asia walaupun statusnya di Uni Eropa masih terombang-ambing oleh
kebijaksanaan Brussel.
Iran, yang dulu menjadi anak emas Amerika, kini telah berubah menjadi kekuatan tersendiri dan kian berwibawa di hadapan Barat dan bangga serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi menatap dunia. Disinilah dapat kita simpulkan bahwa antara Arab, Persia dan Turki telah terjadi benturan kepentingan.
Iran, yang dulu menjadi anak emas Amerika, kini telah berubah menjadi kekuatan tersendiri dan kian berwibawa di hadapan Barat dan bangga serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi menatap dunia. Disinilah dapat kita simpulkan bahwa antara Arab, Persia dan Turki telah terjadi benturan kepentingan.